Beranda Berita Ekonomi Viral Tagar #KaburAjaDulu : Cerminan Keresahan Generasi Muda terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia
Ekonomi

Viral Tagar #KaburAjaDulu : Cerminan Keresahan Generasi Muda terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia

Gambar : Merdeka

Pelitadigital.id – Tagar #KaburAjaDulu yang tengah viral di media sosial menjadi cerminan kegelisahan sebagian masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, terhadap situasi sosial ekonomi dan peluang kerja di dalam negeri. Tagar ini mencerminkan rasa ketidakpastian akan masa depan yang memicu keinginan untuk mencari peluang di luar negeri.

Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap dinamika ekonomi dan politik yang dianggap tidak stabil. Sejumlah pengguna media sosial mengungkapkan kekecewaan mereka, salah satunya akun X @Ju***Ekspor yang menyatakan, “Baru rame #KaburAjaDulu, gue udah bilang dari beberapa tahun lalu, Indonesia ini makin kacau. Bisnis makin ga sehat, permainan orang dalam, impor menggila, inflasi terus naik, gaji ga naik, kualitas hidup ga ada. Makanya gua pindah ke luar negeri, buka bisnis di luar negeri.”

Perspektif Pengamat: Bukan Berarti Tidak Cinta Tanah Air

Meski terlihat seperti bentuk keputusasaan, fenomena ini dinilai lumrah oleh pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tadjudin Nur Effendi. Ia menilai bahwa keputusan untuk bekerja atau tinggal di luar negeri bukan berarti kurangnya rasa cinta pada Indonesia.

“Kabur bukan berarti tidak cinta Indonesia. Mereka berharap nanti kalau situasi sudah baik, situasi politik atau ekonomi sudah baik, nanti pulang lagi, dan itu bisa terjadi,” ujar Tadjudin dikutip dari Liputan6 . Ia menekankan bahwa keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik merupakan hal yang wajar dan bukan bentuk pengkhianatan terhadap tanah air.

Peluang dan Tantangan Bekerja di Luar Negeri

Tahun 2025 menawarkan sejumlah peluang kerja bagi masyarakat Indonesia di berbagai negara. Negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat menjadi tujuan favorit karena kebutuhan akan tenaga kerja terampil di berbagai sektor. Namun, persaingan yang ketat dan biaya hidup yang tinggi menjadi tantangan tersendiri.

Singapura, misalnya, menawarkan peluang di sektor keuangan, teknologi, dan pariwisata, namun biaya hidup yang mahal dan persaingan yang ketat menjadi kendala. Sementara itu, Kanada dikenal memiliki program imigrasi yang lebih mudah diakses dibandingkan negara lain, namun kondisi cuaca yang ekstrem perlu dipertimbangkan.

Selain itu, bekerja di luar negeri juga dihadapkan pada tantangan budaya kerja yang berbeda, hambatan bahasa, hingga persyaratan visa dan izin kerja yang ketat. “Persyaratan visa dan izin kerja berbeda-beda di setiap negara dan sering kali memerlukan proses yang panjang,” ungkap seorang konsultan imigrasi yang enggan disebutkan namanya.

Imbauan Kementerian Luar Negeri: Pertimbangkan dengan Matang

Menanggapi fenomena ini, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengingatkan masyarakat untuk mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memutuskan bekerja atau tinggal di luar negeri. Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu RI, Judha Nugraha, menekankan pentingnya menempuh jalur legal dalam proses migrasi.

“Satu hal yang kita tegaskan, hak setiap warga negara bekerja di luar negeri. Namun, lakukan dengan proses yang benar dan jalur yang legal,” tegas Judha. Ia mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, terdapat 67.297 kasus hukum yang melibatkan WNI di luar negeri, mayoritas terkait pelanggaran keimigrasian akibat jalur non-prosedural.

Judha juga menambahkan bahwa pemerintah akan memperkuat tata kelola migrasi yang murah, mudah, dan aman untuk mengurangi kasus imigrasi non-prosedural. “Ke depan kita ingin dorong migrasi aman perlu kita tingkatkan. Jadi, pertama tentunya kita kuatkan tata kelola migrasi yang murah, mudah, dan aman. Kemudian ketika pola migrasinya sudah tercipta, penegakan hukum kita lakukan,” jelasnya.

Refleksi Sosial dan Tantangan Ke Depan

Munculnya tagar #KaburAjaDulu mencerminkan keresahan sosial yang perlu diatasi melalui perbaikan kondisi ekonomi dan politik dalam negeri. Pengamat sosial, Indra Purnama, menyebutkan bahwa fenomena ini menjadi refleksi dari ketidakpuasan generasi muda terhadap peluang kerja dan kesejahteraan hidup di Indonesia.

“Generasi muda merasa bahwa kerja keras di dalam negeri tidak sebanding dengan hasil yang mereka peroleh, sehingga muncul keinginan untuk mencari peluang yang lebih baik di luar negeri,” ujar Indra.

Namun, ia mengingatkan bahwa keputusan untuk bekerja atau tinggal di luar negeri bukanlah solusi instan. “Dibutuhkan perencanaan yang matang, termasuk kesiapan mental dan finansial, sebelum memutuskan untuk merantau ke negara lain,” tambahnya.

Fenomena #KaburAjaDulu tidak hanya mencerminkan kekecewaan terhadap kondisi ekonomi dan politik dalam negeri, tetapi juga menunjukkan keinginan kuat untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Meski bekerja di luar negeri menawarkan peluang besar, berbagai tantangan dan risiko juga perlu dihadapi dengan persiapan yang matang.

Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekonomi dan politik dalam negeri sehingga generasi muda tidak lagi merasa perlu “kabur” untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, masyarakat diimbau untuk menempuh jalur legal dan mempertimbangkan segala aspek sebelum memutuskan bekerja atau tinggal di luar negeri.

Sebelumnya

Bareskrim Polri Segera Tentukan Tersangka Pemalsuan SHGB dan SHM di Pagar Laut Tangerang

Selanjutnya

Pentingnya Video Marketing dalam Strategi Pemasaran Digital

Pelitadigital.Id