Beranda Pendidikan Api Peradaban di Persimpangan Zaman: M. Rizal Ma’ruf Baharudin dan Pertarungan Ilmu, Iman, serta Teknologi
Pendidikan

Api Peradaban di Persimpangan Zaman: M. Rizal Ma’ruf Baharudin dan Pertarungan Ilmu, Iman, serta Teknologi

Pelitadigital.id – Dunia terus bergerak. Setiap detik membawa perubahan, setiap revolusi teknologi mengguncang batas-batas pemahaman manusia, dan setiap ide baru melahirkan tantangan yang tak terduga. Di tengah arus deras ini, ada mereka yang hanya mengikuti gelombang—dan ada pula yang menyalakan cahaya, menerangi jalan bagi yang lain.

M. Rizal Ma’ruf Baharudin bukan sekadar akademisi, bukan pula hanya seorang pemikir. Ia adalah arsitek peradaban, seorang penjelajah yang berjalan di antara dua dunia yang sering dianggap bertentangan: Islam dan sains, tradisi dan inovasi, keimanan dan teknologi.

Islam dan Sains: Dua Pilar Peradaban yang Harus Tetap Bersatu

Sebagian orang meyakini bahwa ilmu dan agama adalah dua dunia yang tak bisa dipertemukan. Namun, bagi Rizal, keduanya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Islam bukan hanya keyakinan pasif, melainkan energi yang mendorong manusia untuk berpikir, bertanya, dan menggali makna terdalam dari kehidupan.

Sebagaimana para ilmuwan Muslim terdahulu—seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, dan Al-Khwarizmi—yang menjadikan keimanan sebagai dorongan dalam pencarian ilmu, Rizal melanjutkan warisan itu dalam bentuk yang lebih modern dan relevan dengan realitas masa kini.

Teknologi: Membangun Peradaban, Bukan Sekadar Mengisi Kekosongan

Era digital telah membuka pintu bagi perubahan tanpa batas. Namun, di balik kemudahan akses informasi, tersembunyi jebakan besar: makna yang perlahan menghilang.

Rizal memahami ini dengan baik. Ia tidak sekadar melihat teknologi sebagai alat, melainkan sebagai wadah untuk membangun pemahaman—sebuah jembatan yang dapat membawa manusia pada kebijaksanaan.

Melalui blog pribadinya, ia menghidupkan kembali pemikiran para ilmuwan Muslim dan menginspirasi generasi muda untuk melihat teknologi sebagai peluang, bukan sekadar gangguan. Ia juga turut mendirikan ISciTech Digital Indonesia dan, bersama rekannya Nugroho dari Klaten, mengembangkan Simplora, sebuah platform undangan digital yang menawarkan solusi inovatif bagi masyarakat.

Menghidupi Ilmu Lewat Publikasi dan Pemikiran

Tak hanya berdedikasi di ranah teknologi, Rizal juga tetap setia pada fitrahnya sebagai akademisi Al-Qur’an. Ia menghidupi ilmu lewat publikasi dan pemikiran. Baginya, ilmu tak boleh hanya berhenti di buku—ia harus bergerak, tumbuh, dan menginspirasi. Setiap tulisannya bukan sekadar refleksi akademis, tetapi juga jejak pemikiran yang terus berkembang, membangun perspektif baru bagi mereka yang mencari makna lebih dalam dari keilmuan Islam.

Komitmen ini tercermin dalam berbagai karya ilmiahnya, seperti The Strengthening Religious Moderation for IPNU IPPNU Students through Interpretation Wasathiyah Efforts to Prevent Radicalism at Metro, yang membangun pemahaman Islam moderat sebagai benteng melawan radikalisme. Pemikiran ini semakin tajam dalam Retorika Dakwah Tauhid Nabi Ibrahim, yang mengurai strategi dakwah Nabi Ibrahim dengan analisis mendalam—menunjukkan bahwa kebijaksanaan dakwah tauhid tetap relevan hingga kini. Dalam Qur’anic Parenting, ia menggali maqasid al-syariah dari kisah penyembelihan Nabi Ismail, memberikan wawasan nilai-nilai Islam dalam pendidikan anak—bukan sekadar teori, tetapi juga aplikasi nyata dalam pembentukan karakter.

Setiap karyanya bukan hanya tulisan akademis, melainkan langkah nyata membangun kesadaran dan memperluas cakrawala berpikir. Ia menghidupkan ilmu dengan menjadikannya bagian dari kehidupan—memastikan bahwa Islam tak hanya dipahami secara konseptual, tetapi juga diterapkan dalam realitas. Ilmu baginya adalah kekuatan yang harus bergerak, berkembang, dan berkontribusi bagi masyarakat, menjadi refleksi pemikiran yang terus mencari solusi atas tantangan zaman.

Ilmu adalah cahaya, dan ia memilih menjadi lentera yang menerangi perjalanan banyak orang. Melalui pemikiran yang terus berkembang dan tulisan yang menginspirasi, ia memastikan bahwa ilmu tak hanya berhenti pada pemahaman, tetapi juga menjadi kekuatan yang mampu mengubah dunia.

Membangun Koneksi, Memimpin Perubahan

Keilmuan tidak tumbuh dalam kesunyian. Ia harus berdialog, berbenturan dengan gagasan lain, dan berkembang dalam diskusi yang dinamis.

Rizal tak hanya berkutat di ruang akademik, melainkan juga aktif dalam berbagai organisasi. Sebagai Koordinator Wilayah Sumatera Raya di Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia (FKMTHI) 2024–2025, ia berperan menyatukan pemikiran mahasiswa dari berbagai daerah—mendorong dialog, memperdalam wawasan, dan memperkuat moderasi beragama dalam bingkai ilmiah.

Lebih dari itu, ia turut aktif dalam diskusi keilmuan dan komunitas teknologi, memastikan bahwa ilmu bukan hanya teori, tapi teraplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pejuang Zaman: Menghidupi Perubahan, Bukan Sekadar Menyaksikannya

Dunia berubah. Ilmu berkembang. Teknologi merombak cara manusia memahami realitas.

Namun di tengah arus besar ini, ada mereka yang memilih untuk sekadar bertahan—dan ada mereka yang memilih untuk memimpin perubahan. Rizal termasuk yang terakhir.

Ia tidak hanya menyaksikan dunia bergerak, tetapi turut membentuk arah geraknya. Islam, sains, dan teknologi bagi Rizal bukanlah entitas yang saling bertentangan, tetapi elemen yang saling menguatkan dalam menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan cerdas.

Kesimpulan: Cahaya dalam Gelombang Perubahan

Di setiap zaman, selalu ada mereka yang memilih menjadi lentera di tengah kegelapan, pembawa cahaya di tengah badai perubahan. M. Rizal Ma’ruf Baharudin adalah salah satunya.

Baginya, ilmu bukan hanya alat memahami dunia—tetapi jalan mendekatkan diri kepada Tuhan, membangun peradaban, dan memberi makna bagi kehidupan.

Ia tak sekadar berbicara tentang perubahan, tetapi menghidupinya. Ia memastikan bahwa Islam, sains, dan teknologi bukanlah hal yang harus dipertentangkan, melainkan jembatan menuju masa depan yang gemilang.

Dalam perjalanan ini, ia terus melangkah, mencipta, dan menerangi. Ia membuktikan bahwa keimanan dan ilmu bukan dua kutub yang bertentangan, tetapi dua sayap yang menerbangkan manusia menuju kebijaksanaan.

Sebelumnya

Sebut IKPM Yogyakarta adalah IKPM Paling Sempurna di Indonesia, KH Ahmad Hidayatullah Zarkasyi beri Tausiyah Pada Acara Halal Bihalal IKPM Cabang Yogyakarta di PP Ibnul Qoyyim Yogyakarta

Selanjutnya

Cara Cerdas Meningkatkan Market Share dan Menjadi Dominan di Pasar

Pelitadigital.Id